Pertanyaan: Apa hukum memasuki/mengikuti sebuah thariqah/tarekat sufi?.
Jawaban: Seorang ulama terkemuka asal Maroko, Sayid Abdullah bin ash-Shiddiq al-Ghumari al-Hasani (1328-1413 H.) telah menyusun sebuah kitab yang sangat penting berjudul Husn at-Talatthuf fi Bayan Wujub Suluk at-Tashawwuf. Kitab ini memang secara spesifik mengupas tuntas tentang hukum bertasawuf dan memasuki thariqah menurut syariat Islam. Di dalamnya dinyatakan sebagai berikut:
فَغَايَةُ مَا تَدْعُو إِلَيْهِ الطَّرِيقَةُ وَتُشِيرُ إِلَيْهِ هُوَ مَقَامُ الْإِحْسَانِ بَعْدَ تَصْحِيحِ الْإِسْلَامِ وَالْإِيمَانِ لِيحرزَ الدَّاخِل فِيهَا وَالْمَدْعُو إِلَيْهَا مَقَامَات الدِّينِ الثَّلَاثَة الضَّامِنَة لِمُحرزِهَا وَالْقَائِمِ بِهَا السَّعَادَة الْأَبَدِيَّة فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَالضَّامِنَة أَيْضًا لِمُحرزِهَا كَمَال الدِّينِ؛ فَإِنَّهُ كَمَا فِي الْحَدِيثِ عِبَارَةٌ عَن الْأَرْكَانِ الثَّلَاثَةِ فَمَنْ أَخَلَّ بِمَقَامِ الْإِحْسَانِ الَّذِي هُوَ الطَّرِيقَةُ فَدِينُهُ نَاقِصٌ بِلَا شَكٍّ لِتَرْكِهِ رُكْنًا مِنْ أَرْكَانِهِ. وَلِهَذَا نَصَّ الْمُحَقِّقُونَ عَلَى وُجُوبِ الدُّخُولِ فِي الطَّرِيقَةِ وَسُلُوكِ طَرِيقِ التَّصَوُّفِ وُجُوبًا عَيْنِيًّا، وَاسْتَدَلُّوا عَلَى الْوُجُوبِ بِمَا هُوَ ظَاهِرٌ عَقْلًا وَنَقْلًا.
“Tujuan utama setiap thariqah adalah mencapai tingkatan Ihsan setelah memperbaiki Islam dan Iman, sehingga orang yang memasukinya telah memenuhi tiga tingkatan agama, dan terjaminlah dirinya dapat meraih kebahagiaan abadi di dunia maupun di akhirat, serta terjamin pula kesempurnaan agamanya. Sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits bahwa agama terdiri dari tiga tingkatan, maka barangsiapa mengabaikan tingkatan Ihsan, yakni thariqah, tentu saja kurang agamanya, sebab ia telah meninggalkan salah satu pilarnya. Karena itulah para ulama terkemuka memfatwakan bahwa hukum memasuki sebuah thariqah dan menempuh perjalanan tasawuf adalah fardhu ‘ain (wajib atas setiap muslim dan muslimah). Argumen mereka pun sangat jelas, baik secara ‘aqli (logika) maupun naqli (berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah serta tuntunan para Sahabat).”
Selanjutnya, tokoh istimewa Nahdlatul Ulama, KH. Abdul Aziz Masyhuri yang wafat pada tahun 1438 H. juga menghimpun sebuah kitab bertajuk al-Fuyudhat ar-Rabbaniyyah yang mengkodifikasikan keputusan-keputusan kongres, muktamar serta musyawarah besar Jam’iyah Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (JATMAN) sejak tahun 1957. Di dalamnya difatwakan sebagai berikut:
فَإِنْ كَانَ الْمُرَادُ بِالدُّخُولِ فِي الطَّرِيقَةِ هُوَ التَّعَلُّمُ بِتَزْكِيَةِ النَّفْسِ عَن الرَّذَائِلِ وَتَحْلِيَتِهَا بِالْمَحَامِدِ فَفَرْضُ عَيْنٍ.
“Apabila (atau oleh karena) tujuan daripada memasuki thariqah adalah menekuni penyucian jiwa dari segala yang tercela dan menghiasinya dengan segala yang terpuji, maka hukumnya adalah fardhu ‘ain (wajib atas setiap muslim dan muslimah).”
Dengan demikian, maka hukum memasuki, mengikuti atau menganut sebuah thariqah atau tarekat sufi (yang mu’tabarah tentunya) adalah fardhu ‘ain alias wajib atas setiap muslim dan muslimah. Tidak berbeda dengan kewajiban menganut akidah Ahlussunnah wal Jamaah serta menganut salah satu dari empat mazhab fikih. Semuanya tiada lain demi menjalani Islam, Iman serta Ihsan dengan baik dan benar sesuai tuntunan dan panduan para imam pewaris Rasulullah Saw. Wallahu A’lam.
____________________________
* Dibagikan ke beberapa grup Whatsapp pada tanggal 20 Ramadhan 1440 H.