Bila agama Islam diumpamakan dengan sebuah bangunan, maka terdapat tiga pilar utama yang harus ditegakkan agar bangunannya utuh dan kokoh. Tiga pilar dimaksud adalah islam, iman dan ihsan. Tiga pilar ini berdasar pada hadits Nabi yang menjelaskan ketiganya kepada malaikat Jibril di suatu ketika. Seusai menjawab pertanyaan-pertanyaan Jibril seputar islam, iman dan ihsan, Nabi kemudian berujar kepada sahabat beliau: “Ia adalah Jibril. Ia datang untuk mengajari kalian tentang ‘agama’ kalian.” Sabda Nabi tersebut memberi kesimpulan pasti bahwa islam, iman dan ihsan adalah sepaket agama Islam yang tidak boleh dipisahkan. Bila salah satu dari tiga pilar tersebut diabaikan, maka bangunan keagamaan menjadi lemah dan sangat mudah digoyahkan.
Nah, masing-masing dari tiga pilar tersebut memiliki disiplin ilmu yang secara spesifik memandu dan membimbing umat dalam upaya menegakkannya. Pilar islam, disiplin ilmunya disebut fikih. Pilar iman, disiplin ilmunya disebut akidah. Adapun pilar ihsan, disiplin ilmunya disebut tasawuf.
Selanjutnya, masing-masing dari ketiga disiplin ilmu itu ada madrasah-madrasahnya. Madrasah-madrasah tersebut tentu saja dibangun oleh para ulama sebagai lembaga-lembaga perguruan non formal yang secara intens mendidik, menuntun dan memudahkan umat dalam rangka menjalankan keislaman (fikih), keimanan (akidah) serta keihsanan (tasawuf) dengan lebih baik dan benar serta lebih efektif dan tepat sasaran.
Untuk menekuni dan menjalani ilmu fikih sebagai upaya menegakkan pilar islam, tersedia empat pilihan madrasah besar yang dapat dimasuki (sebutan formalnya adalah mazhab), yaitu Madrasah Hanafiyah, Madrasah Malikiyah, Madrasah Syafi’iyah dan Madrasah Hanbaliyah.
Adapun untuk menekuni dan menjalani ilmu akidah sebagai upaya menegakkan pilar iman, terdapat beberapa madrasah pilihan, namun dua terbesarnya dan 95% lebih dari umat Islam seantero dunia memilih nyantri di dalamnya adalah Madrasah Asy’ariyah kemudian Madrasah Maturidiyah. Dua madrasah lainnya adalah Madrasah Ahli Hadits dan Madrasah Ahli Kasyaf.
Sementara untuk menekuni dan menjalani ilmu tasawuf sebagai upaya menegakkan pilar ihsan, terdapat sejumlah madrasah pilihan yang dapat dimasuki (sebutan formalnya adalah thariqah), namun tujuh besarnya, sebagaimana diuraikan Syekh Ahmad ad-Dardir dalam kitab Syarh al-Kharidah al-Bahiyyah, adalah Madrasah Rifa’iyah, Madrasah Qadiriyah, Madrasah Ahmadiyah/Badawiyah, Madrasah Dusuqiyah, Madrasah Syazuliyah, Madrasah Naqsyabandiyah dan Madrasah Khalwatiyah. Tersedia beberapa madrasah besar lainnya semisal Madrasah Alawiyah di Yaman, Madrasah Maulawiyah di Turki dan lain-lain.
Dengan memasuki satu madrasah saja dari masing-masing spesialisasi di atas, maka bangunan keagamaan seorang muslim dapat dikokohkan, sebab tiga pilar utamanya ditegakkan sesuai bimbingan, tuntunan serta petunjuk desain para ahlinya alias para kekasih Allah dan para pewaris Rasul-Nya. Sebaliknya, apabila ketentuan-ketentuan di atas dilanggar begitu saja, apapun alasannya, maka dapat dipastikan runtuh agamanya lalu terlantar dalam kesesatan yang nyata.
__________________
* Disampaikan dalam web seminar yang diselenggarakan oleh JATMAN Maluku pada tanggal 21 Juni 2020.