Berkeliling berdakwah dan menyapa umat, Ustad Abdul Aziz Sukarnawadi adalah penyeru Islam yang mudah dan indah. Dia berada di garis depan meyakinkan umat, betapa Islam tidaklah menghendaki kesukaran. Bukan agama dengan ritual yang menyiksa. Islam datang membawa kemudahan dan kemaslahatan.
Pernah berdebat tentang apakah mendengarkan musik, juga memainkannya dalam Islam boleh atau tidak? Jika masih gontok-gontokan sampai sekarang, datanglah ke Ustad Abdul Aziz Sukarnawadi, dan bertanyalah padanya.
“Dalam Islam, musik itu boleh,” kata pria yang selain sebagai pendakwah ini, juga salah seorang ketua program studi di Institut Agama Islam Hamzanwadi, Selong, Lombok Timur.
Tentu saja tak perlu sungkan pada Ustad Aziz. Banyak khalayak yang mendatanginya, justru untuk bertanya.
Dia masih muda. Ustad Aziz lahir di Makkah, pada 15 Mei 1984, menjadikannya kini berusia 33 tahun. Namun, usia muda, tak menghalangi kedewasaan ilmunya. Dia mendalami ilmu agama, dan kini telah menyandang gelar doktor tafsir Alquran dari Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.
Begitulah Asiz. Berkeliling berdakwah ke sekujur NTB, dia selalu identik dengan seruannya betapa Islam itu mudah, sekaligus indah. Di rumahnya yang sederhana di Pancor, sepekan setelah hari ulang tahunnya, dia berbincang banyak hal dengan Lombok Post.
Prinsip bagi Ustad Aziz, bahwa Islam sama sekali bukan agama yang menyulitkan bagi pemeluknya. “Islam itu mudah, dan juga indah,” katanya.
Tentu saja, pandangan Ustad Aziz terhadap hal-hal yang menyangkut keseharian didasari pula dengan kajian-kajian. Ada landasan filosofis, dan punya dasar-dasar dalam hukum agama. Soal musik itu misalnya.
Dia tak menampik bahwa ada yang menganggap bahwa musik haram. Sebagian bahkan memaksakan bahwa yang boleh didengarkan hanya lantunan ayat suci Alquran. Sementara musik sama sekali tidak boleh.
Ini yang membuat orang kata Aziz, kadang terberatkan. Padahal dalam Islam, dari pandangan berbagai ulama menurutnya musik itu tidak diharamkan. “Bahkan ulama seperti Imam Al Gazali saja, itu ada satu kitab yang diuraikan secara panjang tentang indahnya musik,” kata yang di tengah masyarakat disapa Tuan Guru Aziz ini.
Musik itu digambarkan sebagai sesuatu yang sangat indah. Sehingga punya keterkaitan denan Islam itu juga senang akan keindahan. Bahkan menurutnya tak jarang Islam berkembang pesat lewat kehadiran musik.
“Saya sendiri kadang senang melantunkan musik. Konsep saya bagiamana orang yang memeluk Islam itu senang dulu. Ketika jamaah itu senang baru hatinya bisa disentuh dan bisa memahami konsep dalam Islam yang seharusnya seperti apa,” kata dia.
Dan jadilah kemana-mana, Ustad Aziz menyerukan betapa Islam itu tiada kesulitan di dalamnya. Termasuk ketika dirinya mengisi tausiah rutin tentang kajian Islam di Masjid Hubbul Wathan, Islamic Center, Kota Mataram.Ustad Aziz punya jadwal sekali dalam dua pekan di sana.
Bagi Ustad Aziz, dirinya memang menghindari dakwah yang menyulitkan. Sehingga dalam dakwahnya, tidak bertabur hal-hal yang tidak boleh dan tidak boleh.
Itu sebabnya, dakwahnya begitu mudah diterima oleh jamaah. Pria yang juga seorang hafiz Alquran ini selalu menanamkan konsep kemudahan dalam setiap tausiahnya. Baik mudah dalam beribadah, menjalankan syariat hingga mudah dalam menjalani hidup sesuai tuntunan agama.
Ia menekankah bahwa Islam yang sesungguhnya merupakan Islam yang indah, damai dan baik bagi semesta alam. “Ibadah itu indah, dikerjakannya pun harus dengan cara indah dan hasilnya indah,” terang pria yang menghabiskan masa kanak-kanaknya di Makkah ini.
Seruan-seruan Aziz menjadi dasar pemikiran bagi umat, betapa ibadah dalam Islam itu sangat mudah. Tidak memaksakan agar seorang muslim harus selalu salat sunnah, bangun tengah malam Salat Tahajud atau puasa Senin dan Kamis.
Melainkan bagaimana ia berupaya jamaah sadar bahwa melakukan ibadah itu harus ada dorongan dari dalam diri. Bukan karena paksaan atau takut. “Jangan sampai seorang muslim yang beribadah dilandaskan rasa takut. Misalnya takut masuk neraka, takut dosa atau semacamnya,” katanya menjelaskan.
“Prinsip saya itu, jangan lebih besar rasa takutnya dari pada berharapnya. Tapi bagaimana lebih besar berharapnya, sehingga mereka beribadah itu optimis,” tambahnya.
Kendati begitu, memang kta Ustad Aziz, memang ada fase dimana orang Islam harus dipaksa terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk membasakan sehingga kemudian berangsur menjadi kebutuhan
Itu kata dia, adalah fase dimana sesorang masih menjadi anak-anak. Karena mereka belum bisa memahami dari hati ke hati. Anak-anak boleh dipaksa dengan niat untuk melatih mereka.
“Kan nggak mungkin anak-anak kita ajarkan berbicara dari hati ke hati. Kalau mereka sudah bisa berpikir baru kita kasih penjelasan hati ke hati,” terang suami dari dr Baiq Yessi Lina Kusweni tersebut.
Untuk memberi contoh bagaimana Islam yang seseungguhnya, dikisahkannya bahwa Rasulullah saw pernah mengalahkan kaum kafir dan mengumpulkan mereka di sekeliling Kakbah. Ketika kaum kafir ini kalah Rasulullah menanyakan kepada mereka. Kira-kira mereka akan diapakan. Dengan yakin para kaum kafir yang sudah mengenal Rasulullah ini menjawab bahwa mereka akan diperlakukan dengan baik.
“Maka Rasulullah pun menjawab meminta mereka pergi. Karena mereka semua sudah bebas. Begitulah Rasulullah berlaku damai dan indah bahkan terhadap musuh sekalipun,” ucap pria yang pernah mengemban pendidikan di MTs dan MA Muallimin NW Pancor tersebut.
Begitu juga dengan ketika Nabi Musa dengan Nabi Harun AS menghadapi Fir’aun yang mengaku sebagai Tuhan. Dijelaskan Ustad Aziz tak ada dosa yang lebih besar di dunia ini selain mengaku menjadi Tuhan. Namun, Allah kepada nabi Musa menyampaikan bahwa ia harus menghadap Fir’aun dan memperingatinya bahwa ia melampaui batas.
“Dan berucaplah padanya berikan peringatan dengan lemah lembut,” ujar Ustad Aziz ayat Alquran terkait perintah Allah pada Nabi Musa yang ada di dalam Alquran. Sehingga, bahkan dengan menghadapi sekelas Fir’aun yang mengaku Tuhan sekalipun, Nabi diminta bertutur kata lemah lembut.
“Inilah konsep Islam yang sebenarnya,” tandas dia.
Karena itu, manakala ada paham anarkis yang mengidentikkan Islam dengan kekerasan bahkan teroris, Ustad Aziz tegas menyatakan, bahwa itu bukanlah pandangan Islam.
“Mereka gagal paham mengenai Islam itu sesungguhnya,” tandas dia.
Menghancurkan berhala, membunuh kaum kafir tidak akan mengubah keyakinan siapapun jika hatinya tidak tersentuh. Yang terpenting adalah bagaimana menyentuh hati mereka dengan Islam. Maka berhala dengan sendirinya akan mereka runtuhkan sendiri.
Ia membeberkan dasar yang selama ini digunakan orang yang gagal paham tersebut. Kata Ustad Aziz, dalam surat Al Anfal dijelaskan “Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan yang menggentarkan musuh Allah.” Ayat inilah yang gagal dipahami oleh para teroris yang mengatasnamakan Islam.
Bagaimana kita menggentarkan atau meneror musuh tidak dengan menyerang atau membunuh. Tetapi cukup dengan menunjukkan kekuatan kita. “Hanya dengan menunjukkan kekuatan, bukan menyerang apalagi membunuh,” jelasnya.
Ia mencontohkan ketika Khalifah Umar bin Khattab hendak hijrah ke Madinah. Saat itu Umar menunjukkan pedangnya untuk membuat kaum kafir takut sehingga mereka tidak menyerang atau mengganggu kaum muslimin yang sedang hijrah. Itu merupakan salah satu bentuk teror yang dimaksud dalam Surat Al Anfal.
“Bukan sebaliknya malah menyerang orang atau membunuh untuk membuat mereka takut. Itu jelas-jelas gagal paham,” tegasnya.
Pun begitu, dengan adanya pandangan yang menganggap negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila bertentangan dengan Islam. Padahal menurut Ustad Aziz mereka yang memahami Islam sesungguhnya akan mengetahui bahwa Pancasila itu adalah sangat-sangat Islam.
Karena di dalam setiap butir Pancasila itu, itulah Islam. “Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan, musyawarah dan keadilan sosial itu merupakan nilai-nilai yang diajarkan Islam,” ungkapnya.
Sungguh, betapa Ustad Aziz benar. Dia sekali lagi membuka mata khalayak, betapa Islam memang memudahkan pemeluknya, sekaligus juga indah.
____________________
* Sumber: http://www.lombokpost.net/2017/06/05/ustad-abdul-aziz-sukarnawadi-lombok-mengenalkan-islam-mudah-dan-indah/