Diskusi dan Bedah Buku “Perisai Ke-Aswaja-an Nahdlatul Wathan”

Hasil Diskusi dan Bedah Buku “Perisai Ke-Aswaja-an Nahdlatul Wathan; Membedah 17 Literatur Anti Wahabi Rekomendasi Pendiri NW” karangan Dr. TGH. Abdul Aziz Sukarnawadi, MA

Sekretariat HIMMAH NW Cabang Lombok Timur

Rabu malam, 19 Juli 2016, pada pendahuluannya, penulis mengemukakan bahwa buku Perisai Aswaja merupakan satu-satunya buku yang dikarang bertemakan spesifik. Lebih tepatnya resensi 17 kitab klasik karangan Ulama ASWAJA. Latar belakang penulisan buku ini yaitu ketika beliau membuka Hizib NW yang dikarang oleh pendiri Nahdlatul Wathan (NW) Tuan Guru Kiai Haji (TGKH) Zainuddin Abdul Madjid. Menurut pandangan  penulis, Hizib merupakan karya paling monumental yang dimiliki NW. Beliau menemukan sebuah wasiat yang berupa peringatan “catatan penting” ditulis menggunakan Arab Melayu yang menjelaskan tentang kitab-kitab yang sangat pokok dimiliki dan dijiwai oleh tiap muslim yang sayang pada imannya. Kitab tersebut yaitu :

  1. Ghauts al-‘Ibad bi Bayan Ar-Rasyadoleh Syekh Musthafa Abu Saif al-Hamami
  2. Barahin al-Kitab wa As-Sunnah an-Nathiqah ‘ala Wuqu’ Ath-Talaqat al-Majmu’ah Munjazah au Mu’allaqaholeh Syekh salamah al-qudha’I al azzami asy-syafi’i
  3. Al-Barahin as-Sathi’ah fi Rad Ba’dh al-Bida’ Asysya’I’aholeh Syekh Salamah al-Qudha’i al-Azzami asy-Syafi’i
  4. Furqan al-Qur’an Bina Shifat al-Khaliq wa Shifat al-Akwanoleh syekh Salamah al-Qudha’i al-Azzami asy-Syafi’i
  5. Al-Isyfaq ‘Ala Ahkam Ath-Thalaqoleh syekh Muhammad Zahid al-Kautsari
  6. Takmilah as-Saif ash-Shaqil atau Taqmilah ar-Rad’ala Nuniyyah Ibn Qayyim
  7. Syifa’as-Siqam fi Ziyarah Khair al-Anamoleh Imam Taqiyyuddin Ali bin Abdul Kafi bin Ali Bin Tammam bin Yusuf bin Musa bin Tammam al-Anshari al-Khazraji as-Subki asy-Syafi’i al-Asy’ari
  8. Durrah al-Mudhiyyah fi ar-Rad ‘ala ibn Taimiyaholeh Imam Taqiyyuddin as-Subki
  9. As-Saiffash-Saqqil fi Ara-Rad ‘Ala ibn Zafiloleh Imam Taqiyyuddin as-Subki
  10. Al-I’tibar fi Baqa’al Jannah wa an-Naroleh Imam Taqiyyuddin as-Subki
  11. Daf’ Syubanman Syabbah wa Tamarrad wa Nasaba Dzalikaila as-Sayyid al-Jalil al-Imam Ahmad oleh Imam Taqiyyuddin as-Subki
  12. Syawahid al-Haq fi al-Istighasah bi Sayyid al-Khalq oleh Imam Yusuf bin Ismail bin Yusuf bin Ismail bin Muhammad Nashirudin an-Nabhani
  13. Ar-Ra’iyyah ash-Shugra fi Dzam al-Bid’ah wa Madh as-Sunnah al-Gharra’ oleh Imam Yusuf bin Ismail an-Nabhani.
  14. Kasyf al-irtiyab fi atba’ muhammad bin abdil wahhab
  15. Luzum Thalaq ats-Tsalats Duf’ah Bima la Yastahthi al-‘Alim Daf’aholeh syaikh Muhammad al-Khidhr bin Abdullah bin Ahmad bin Mayabi asy-Syinqithi
  16. Tanbih al-Mu’minin li Mahasin ad-Dinoleh syekh Yusuf al-Dajawi
  17. Al-Maqshid as-Sadid fi Bayan Khatha’ asy-Syaukani Fima Iftataha Bihi Risalatahu al-Qaul al-Mufidoleh syekh Muhammad Ali bin Husain bin Ibrahim al-Maliki

Penulis mengemukakan bahwa banyak di antara para tokoh NW tidak terlalu memperhatikan Kitab yang disebutkan. Dikarenakan kitab tersebut termasuk kitab yang langka dan sulit di dapatkan bahkan penulis menuturkan, beliau mencari kitab tersebut di toko-toko yang terpencil karena ternyata ke 17 kitab tersebut berisi penolakan terhadap Wahabi.

Pengarang mengaku hanya punya satu kitab dari beberapa kitab yang disebutkan. Dan semasa di Mesir, beliau mencari kitab tersebut dan akhirnya berhasil mendapatkan ketujubelas kitab tersebut. Pengarang juga menuturkan banyak tokoh NW yang didatangi tidak memiliki kesemua kitab tersebut bahkan mungkin tidak begitu diperhatikan. Tetapi penulis menemukan alasan mengapa kitab-kitab tersebut tidak dimiliki karena penyebaran kitab tersebut dibatasi bahkan dihalangi peredarannya dan menjadi langka. Para Masyaikh dan Tuan Guru yang dulu menuntut ilmu di makkah kesulitan mendapatkannya pasalnya seluruh kitab tersebut isinya secara gamblang menolak faham Wahabi.

Di Mesir, pada saat mencari ketujubelas kitabnya, Alumnus Al-Azhar ini mengalami kesulitan. Bahkan mencari ke tujubelas kitab tersebut ke toko-toko kitab yang berada di kota Mesir jarang sekali. Beliau mengaku berhasil memperoleh kitab-kitab terebut keseluruhannya di akhir tahun 2015-an. Hal tersebut mendorong penulis berupaya untuk segera menerjemahkan ketujubelas kitab tersebut. “Insya Allah semoga saya bisa menyelesaikan terjemahan kitab tersebut, sehingga bisa dijadikan pedoman oleh kalangan jama’ah NW” kata Abdul Aziz Sukarnawadi.

Kenapa sampai Almagfurullah Maulana Syaikh menyinggung Wahabi dan menyebutkan kitab tersebut? Karena banyak hal yang menyimpang dilakukan oleh Wahabi, dari para penggagasnya. Sampai sekarang ini, bahkan dalam kitab Tarikh al Umara’ al Baladil Haram yang di karang oleh seorang ulama sekaligus sejarawan bermazhab Syafi’I yaitu Syaikh Ahmad Zaid Ahyar. Setengah dari kitab tersebut membongkar kebejatan dari kelompok Wahabi dan itu sebagai salah satu landasan. Penulis juga menuturkan bahwa banyak sekali kitab-kitab Ahlussunnah yang di palsukan oleh kelompok wahabi.

Di Tengah situasi diskusi tersebut, Penulis melontarkan pertanyaan bagi para audien, masih pentingkah membahas Wahabi pada zaman seperti ini? Penulis mengungkapkan bahwa sekarang sangatlah penting karena Wahabi dan bahayanya serta sejarah hitamnya sekarang ini sedang berkembang pesat. Pasalnya, Wahabi sudah menguasai Arab Saudi, karena menang dalam politik. Oleh karena itu, serangan yang datang dari para tokoh Wahabi tiada henti menyerang kalangan Aswaja seperti menjustifikasi kafir, syirik, dan bid’ah yang terus di tampakkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Terakhir, penulis menjelaskan tentang karomah yang di anugerahakn Allah swt kepada Maulana Syaikh karena di zamannya Wahabi tidak terlalu berkembang pesat bahkan tidak ada pada zaman Maulana Syaikh. Akan tetapi beliau sudah memberi peringatan dari sekarang sebagai antisipasi untuk jamaah NW khususnya dan seluruh umat Islam pada umumya. Wallahu ‘alam

Oleh : Muhammad Azhari Wathani

____________________
* Sumber: http://suaranw.com/berita-308-diskusi-dan-bedah-buku–%E2%80%9Cperisai-keaswajaan-nahdlatul-wathan-membedah-17-literatur-anti-wahabi-.html