NW Jusnya Aswaja *

Wajib disyukuri bahwa kita semua lahir dari keluarga Nahdlatul Wathan (NW) dan sampai saat ini kita masih setia berafiliasi ke organisasi tersebut. Masih belum cukup apabila kita hanya lahir dari keluarga muslim yang tidak berorganisasi NW. Sebab, menjadi muslim saja belum terjamin masuk surga. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw. menegaskan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi tujuh puluhan atau delapan puluhan golongan. Seluruhnya akan dicampakkan ke api neraka, kecuali satu golongan, ialah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Artinya, menjadi orang yang beragama Islam saja masih belum terjamin akan selamat dari api neraka.

Nah, organisasi NW lahir sebagai salah satu ormas Islam di Indonesia, khususnya di Lombok, yang menunjuki umat Islam ke jalan Aswaja agar selamat dari api neraka dan mendapatkan jaminan untuk masuk surga. Di zaman ini, betapa banyak dan besar jumlah umat Islam namun tidak seluruhnya menjalankan ajaran Islam dengan semurni-murninya dan sebenar-benarnya. Maka NW hadir untuk tujuan membawa ajaran yang murni dan benar tersebut, yakni ajaran Islam Aswaja, yang dikemas sedemikian rupa hingga renyah dan sedap serta instan dikonsumi oleh umat Islam di Lombok dan di Indonesia pada umumnya. Ibarat juice, ajaran Islam Aswaja yang begitu luas diperas oleh al-Maghfurlah Syekh Muhammad Zainuddin bin Abdul Majid hingga tersajilah sebuah juice yang segar bernama Nahdlatul Wathan.

Maka sekali lagi, kita wajib mensyukuri nikmat itu, agar kemudian kita hayati, jiwai, resapi, imani, amalkan dan lestarikan lalu kita seberkan seluas-luasnya. Jangan malah goyah oleh godaan kelompok-kelompok lain yang anti ormas atau anti mazhab.

Warga NW yang mudah goyah adalah warga NW yang lemah dasar ke-NW-annya. Siapa yang meragukan kealiman Imam al-Ghazali? Beliaupun masih bermazhab Syafi’i. Siapa yang meragukan kewalian Syekh Abdul Qadir al-Jilani? Beliaupun masih bermazhab Hanbali. Al-Maghfurlah Syekh Muhammad Zainuddin bin Abdul Majid pun bermazhab Syafi’i. Guru-guru beliaupun bermazhab, misalnya Syekh Hasan al-Massyath bermazhab Maliki, Syekh Salim Rahmatullah bermazhab Hanafi dan Syekh Muhammad Amin al-Kutbi pula bermazhab Hanafi.

Selain mengenal biografi pendiri NW dan sejarah perjalanan dakwah beliau, dalam mempelajari ke-NW-an, jangan cukup sampai di situ, melainkan harus juga mengkaji ajaran-ajarannya. Apa gunanya mengenal biografi Rasulullah Saw., misalnya, sementara ajaran-ajaran beliau tidak dikenali apalagi diamalkan dan didakwahkan. Maka sebagai warga NW yang setia nan sejati, harus mengenal dengan baik ajaran-ajaran Islam Aswaja yang dibawa dan diajarkan oleh NW.

Secara garis besar, ajaran Islam Aswaja mencakup tiga aspek, yakni akidah, syariah dan tasawuf. Dalam akidah, Aswaja menganut akidah Asy’ariyah wa Maturidiyah. Dalam syariah, Aswaja menganut salah satu dari empat mazhab fikih, yakni Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Dan dalam aspek ruhaniah atau spiritual, Aswaja menganut ajaran tasawuf yang dipelopori oleh Imam al-Junaid al-Baghdadi lalu dikembangkan oleh tokoh-tokoh sufi penerus seperti Imam al-Ghazali dan lain-lain. Berpegang teguhlah kepada tiga aspek tersebut, maka insya’allah anda sudah Aswaja. Selanjutnya, galilah ilmu apapun, kapanpun dan di manapun serta bersama siapapun, asal jangan keluar dari lingkaran aman yang meliputi tiga aspek tersebut.
_________________________________

* Disampaikan dalam seminar ke-NW-an di MA NW Kotaraja Sikur Lombok Timur, 13 November 2016.