Ceramah Nuzul Qur’an, 1429 H. *

Yang saya hormati, Bapak Presiden KMNTB Mesir 2008/2009, al-Ustadz Muhammad Hizbi Khair, Lc.
Yang saya hormati, mantan Presiden KMNTB Mesir 2007/2008, Uztadz Zainul Farid,
Para pembimbing sekaligus pengasuh rakyat KMNTB Mesir,
Saudara-saudariku seagama akramakumullah
Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillahi Rabbil-alamin, wassholatu wassalamu ala asyrafil-mursalin wa khataminnabiyyin wa sayyidil-awwalina wal-akhirin, Sayyidina wa Maulana Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa atba’ihi wa dzurriyyatihi wa ‘itratihi wa azwajihi ummahatil-mu’minin… Amma ba’d…

Untuk menyampaikan ceramah dalam rangka mempringati nuzul Qur’an, saya bukan orang yang pantas. Apalagi di depan mata banyak sekali dai-dai handal. Hanya saja presiden kita punya misi yang cukup mulia, yaitu membangkitkan semangat jiwa-jiwa muda yang Islami dalam tubuh KMNTB Mesir. Kebetulan saja karena saya mungkin yang terlihat paling muda, maka saya lah yang diminta !! :))

Karena kita semua akan pulang ke Tanah Air membawa yang terbaik untuk keluarga, masyarakat, bangsa maupun dunia, maka generasi muda tentu yang utama. Adapun yang sudah tua, wallahu a’lam mungkin ajalnya segera tiba! tapi mudah-mudahan saja kita semua panjang usia, Amieen! Yang tersinggung berarti merasa dirinya sudah tua! =))

Walau usia tak seberapa,
Ajal itu di tangan Tuhan,
Bukan maksudku menghina,
Tapi sekedar curi perhatian. 😀

Setiap orang atau setiap dai pasti punya metode tersendiri dalam berdakwah atau berceramah. Saya yang masih berstatus pelajar akan mencoba ceramah dengan memilih metode singkat, padat tapi agak lama !! :))

Ketika mempringati nuzul Qur’an, banyak hal yang cukup urgen untuk dijadikan bahan kontemplasi. Di antaranya ialah, al-Qur’an tidak turun seluruhnya pada bulan Ramadan, tapi al-Qur’an pertama kali turun di bulan Ramadan, pada bulan-bulan selanjutnya al-Qur’an tetap turun terus menerus secara step by step. Nah, ketika kitab paling suci di langit itu turun ke bumi pertama kali di bulan Ramadan, maka sudah barang tentu menandakan bahwa Ramadan bukanlah sembarang bulan, tapi bulan yang juga amat sangat suci. Kitapun menyebutnya bulan suci Ramadan.

Bagaimana tidak, Ramadan kita kenal sebagai bulan yang penuh rahmah, maghfirah dan ‘itqun minannar. Mungkin banyak dari kita yang merasa bahwa sekarang kita sedang dalam fase maghfirah, sedang rahmah sudah habis beberapa hari yang lalu. Ketika pemahaman kita terhadap nash-nash Qur’an dan Hadits semakin meningkat, maka penafsiran semacam itu cukup dangkal sehingga kesimpulannya adalah tatkala seseorang puasa dari tanggal 1 sampai 17 Ramadan kemudian tanggal 18 pagi ia meninggal dunia, maka ia telah memperoleh rahmah dan maghfirah saja tapi belum bebas dari api neraka !!

Ketika saya mengatakan “di kantongku ada tiga mata uang; pertama Rupiah, kedua Pound dan ketiga Dolar” maka kata-kata itu tidak berarti kantong saya dibagi tiga, melainkan ketiga mata uang itu ada dalam satu kantong. Sama halnya ketika Rasulullah Saw. bersabda bahwa Ramadan adalah bulan yang mulia karena memiliki tiga kelebihan; pertama rahmah, kedua maghfirah dan terakhir bebas dari neraka, maka tidak menunjukkan bahwa bulan Ramadan dibagi tiga, akan tetapi semua kelebihan ada selama satu bulan penuh. Dari tanggal 1 sampai 30 Ramadan ada rahmah, maghfirah dan ada juga ‘itqun minannar.

Mari kita hidupkan bulan Ramadan ini dengan memperbanyak ibadah. Karena Hadits menyebutkan bahwa seandainya saja umat mengetahui keistimewaan-keistimewaan yang terkandung dalam bulan Ramadan, maka umat akan berangan-angan dan berharap sekiranya sepanjang tahun adalah Ramadan. Bukan berarti umat bercita-cita agar sepanjang tahun lapar, tapi mari kita kupas bersama apa sih salah satu keistimewaan itu?!

Ketika saya menjadi bos perusahaan dan berkata kepada salah seorang pengusaha “setiap tahun anda dapat honor yang cukup, tapi khusus di bulan September saja, honormu berlipat ganda, apalagi kalau bekerja lebih giat, maka akan lebih berlipat lagi”. Secara otomatis pengusaha itu akan berangan-angan agar sepanjang tahun seperti bulan September. Nah, di bulan Ramadan pahala semakin berlipat ganda dibanding bulan-bulan sebelum dan sesudahnya. Bagaimana umat tidak mengharap supaya sepanjang tahun seperti bulan Ramadan!.

Bahkan ada hadits yang menyebutkan bahwa tidurnya orang puasa adalah ibadah. Artinya, tanpa kerja pun honor masih boleh didapatkan. Saya tidak memberi support untuk banyak tidur, tapi sekedar menekankan bahwa tidak mustahil tidur itu bisa juga bernilai ibadah, apalagi didasari niat yang baik, contohnya supaya kuat buka puasa! :))

Ketika kita membuka sejarah para imam dahulu, banyak dari mereka yang tidurnya bernilai ibadah. Misalnya Imam Syafi’i Ra. sewaktu bertamu di rumah Imam Ahmad bin Hanbal Ra., beliau menghabiskan semua makanan yang disajikan kemudian tidur sampai pagi tanpa bangun malam untuk bertahajjud. Puteri Imam Ahmad heran melihat sang imam yang selalu mengajarkan kesederhanaan, zuhud, puasa dan tahajjud, tapi ia sendiri makan banyak dan kuat tidur. Ia bertanya kepada Imam Syafi’i lalu beliau menajwab bahwa beliau datang ke rumah ayahnya dalam kedaan sakit, dan ia yakin obatnya ada di dalam makanan yang disajikan semalam itu, namun karena beliau tidak mengetahui dimana tepatnya letak obat itu, maka dihabisilah semuanya. Jadi, jangan heran kalau tadi makanannya saya habisin karena saya kesini dalam kedaan sakit jomblo, kali aja di makanan itu ada obatnya! =))

Adapun tidur beliau yang terlihat kuat dan lama, beliau menjelaskan kepada puteri Imam Ahmad bahwa sepanjang tidur itu beliau sedang mentashih 40 hadits bersama Rasulullah Saw. sehingga tidak etis meninggalkan Rasulullah sekalipun untuk bertahajjud.

Itulah kisah tentang sebuah tidur yang bernilai ibadah. Kita tidak seperti Imam Syafi’i, dari itu jangan mau tergoda oleh nafsu. Meskipun di bulan Ramadan setan dibelenggu, namun masih ada nafsu yang terus mewaswas, dan nafsu itu lebih parah dari setan. Dalam al-Qur’an surat al-Falaq kita berlindung kepada Allah dari semua kejelekan yang ada pada ciptaan-ciptaan Allah secara global “Min syarri ma khalaq“. Nah, pada surat berikutnya (al-Nas), kita mulai secara khusus berlindung dari yang terjelek dari semua kejelekan-kejelekan itu, yaitu “Min syarril-waswas al-khannas“, dimana al-waswas itu adalah nafsu, sebagaimana Allah sendiri menafsirkan dengan firmanNya “Walaqad khalaqnal-insana wa na’lamu ma tuwaswisu bihi nafsuh“.

Di awal surat al-Nas kita berlindung kepada RabbinnasMalikinnas dan Ilahinnas. Untuk memahami perbedaan rab danmalik, saya beri contoh ketika saya membeli seekor kambing lalu saya meminta orang lain untuk memelihara, menggembala dan memberi makan kepadanya, maka saya adalah malik (pemilik) kambing itu, sementara si penggembala adalah rabnya (pemelihara atau pendidik). Kambing itu lebih senang bersama rabnya, karena maliknya bisa saja menyembelihnya, sedang si rab tadi tidak berhak menyembelihnya. Rab adalah marghub (disukai) sementaramalik adalah marhub (ditakuti). Nah, kita berlindung kepada Allah Swt. sebagai Tuhan yang marghub “Rabbinnas” sekalaigus sebagai Tuhan yang marhub “Malikinnas” sebab Allah adalah Tuhan “Ilahinnas” yang bukan hanya memiliki atau mendidik, tapi dua-duanya.

Allah Swt. (dengan Maha Rahman dan RahimNya) di bulan Ramdan, tetap Allah Swt. di bulan-bulan lainnya. Tidak berubah. Kitalah yang suka berubah-ubah. Kenapa mesti menunggu bulan Ramadan untuk banyak beribadah. Beribadahlah sepanjang Tahun. Apalagi di kalangan selebriti kita lihat di bulan Ramadan benar-benar Islami, tapi di bulan-bulan sebelum dan sesudahnya kembali ke asal. Janganlah meniru hal-hal yang tidak patut ditiru semacam itu.

Kembali ke nuzul Qur’an. Ada sebuah pertanyaan yang tidak layak disepelekan; kepada siapa dan untuk apa al-Qur’an diturunkan? Pertanyaan itu terjawab dalam al-Qur’an sendiri “Wa anzalna ilaikadzdzikra litubayyina linnasi ma nuzzila ilaihim“. Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dengan tujuan agar beliau menjelaskan isi dan petunjuknya kepada umat manusia. Rasulullah bukan hanya mengutip kalam Allah saja, tapi juga menjelaskannya agar tidak disalahmengerti atau diaplikasikan secara keliru oleh umat manusia. Jauh sebleum mengamalkan al-Qur’an, kita harus menelusuri dulu penjelasan sang Rasul tersebut!.

Allah berfirman: “Syahru Ramadhan alladzi unzila fihil-Qur’an hudan linnas“, kitab suci al-Qur’an turun di bulan Ramadan sebagai petunjuk untuk umat manusia. Tapi siapakah penunjuk jalan kepada petunjuk itu sendiri? disinilah Allah melanjutkan “Wa bayyinatin minal-huda“, dan penjelasan dari sang Huda (petunjuk) yaitu Rasulullah Saw. dimana telah ditegaskan dalam ayat lain “Wa innaka latahdi ila shirathin mustaqim“, dan sesungguhnya engkau hai Muhammad memberi petunjuk ke jalan yang benar.

Sekali lagi, Rasulullah lah sebelum al-Qur’an. Allah berfirman: “Falladzina amanu bihi wa ‘azzaruhu wa nasharuhu wattaba’u annur alladzi unzila ma’ahu ula’ika humul-muflihun“, mereka yang (1) beriman kepada Rasul, (2) memuliakan Rasul, (3) menolong Rasul, dan (4) mengikuti al-Qur’an yang turun bersama Rasul, maka mereka adalah orang-orang yang beruntung. Lihat posisi pengamalan al-Qur’an di urutan keberapa?

Dalam ayat lain “Qad ja’akum minallahi nurun wa kitabun mubin“, telah datang kepadamu sekalian (1) cahaya dari Allah (yaitu Rasulullah) dan (2) kitab yang terang. Jelas juga Rasulullah sebelum al-Qur’an.

Bila diperhatikan, ada satu hal yang cukup menarik dari sejumlah ayat di atas, yaitu Rasulullah dan al-Qur’an sama-sama berjulukan Huda (petunjuk) dan Nur (cahaya). Marilah kita gali bersama petunjuk-petunjuk Rasulullah Saw. agar dapat mengamalkan al-Qur’an (sebagai buku petunjuk juga) dengan pengamalan yang tepat, baik dan benar. Jangan lupa berwasilah dengan para ulama’ yang terutus selaku pewaris resmi Rasulullah Saw. “al-Ulama’ waratsatul-Anbiya’“.

Di bulan Ramadan ini, kita berdoa semoga hajat kita terpenuhi olehNya, semoga yang belum menemukan jodohnya, segera menjumapi jodohnya. Puasa dapat juga meningkatkan kesabaran kita dalam mencari pendamping hidup, sebab Rasulullah bersabda: “Fa’alaihi bisshaum fa innahu lahu wija’“, bagi yang belum mampu menikah, puasa dapat melindungi dari dosa…

Kalau berdoa bilang Amien,
Jangan lupa ziarah maqam,
Kalau hamba kebelet kawin,
Cewek jomblo ada di dalam!. :))=))

Sebagai penutup, semoga ukhuwah kita semakin kukuh, karena ukhuwah adalah ciri khas orang-orang beriman “Innamal-mu’minuna ikhwah“, sesungguhnya ciri orang-orang yang telah beriman ialah mereka berukhuwah. Kalau belum berukhuwah, maka belum beriman, belum mengikuti Rasulullah, dan belum mengamalkan al-Qur’an.

Aqulu qauli hadza wa astaghfirullaha li wa lakum wa lijami’ al-hadhirin wal-gha’ibin, wassalamu’alaikum wr. wb.

_________________________________
* Disampaikan di sekretariat KMNTB Mesir pada hari Rabu, 17 Ramadhan 1429 H.